Semua Barang Naik Harga

Semua Barang Naik Harga

Bersambung ke halaman berikutnya...

Harga daging sapi naik dari kisaran Rp125 ribu per Kg menjadi Rp130 ribu. Harga daging diperkirakan menanjak hingga Rp150 ribu per kg pada Lebaran 2022.

Ketua Jaringan Pemotongan dan Pedagang Daging Indonesia (Jappdi) Asnawi menuturkan kenaikan harga daging sapi di dalam negeri lantaran pasokan impor dari Australia berkurang.

"Kebutuhan sapi siap potong di tiga provinsi, yaitu Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, 93 persen di antaranya dari Australia. Hanya 7 persen dari sapi lokal," ungkapnya dilansir Antara, Senin (28/2).

Kenaikan harga ini sempat memicu Jaringan Pemotongan dan Pedagang Daging Indonesia (Jappdi) untuk berniat mogok berjualan daging sapi di Bandung dan sekitarnya. Tapi mereka membatalkan rencana ini setelah pemerintah turun tangan dan menyesuaikan harga yang ada di feedloter.

Pemerintah mengupayakan penurunan harga sapi siap potong di tingkat feedloter dari Rp53 ribu-Rp54 ribu per kilogram menjadi Rp51 ribu-52 ribu per kg bobot hidup.

Selain itu, Peneliti Indef Rusli Abdullah berpendapat lonjakan harga daging sapi yang mencapai Rp150 ribu per kg terjadi karena siklus jelang Ramadan. Ia menduga pedagang sengaja menaikkan harga karena permintaan berpotensi naik.

"Saya misalnya berdagang daging tiba-tiba saya menaikkan harganya deh seperti itu karena kan daging ini salah satu yang bisa diolah. Daging lebih tahan lama. Jadi nanti bisa stok di Ramadan, jadi mikirnya seperti itu. Daging yang dijual hari ini bisa untuk Ramadan," ujar Rusli kepada CNNIndonesia.com, Kamis (24/2).

Mengutip hargapangan.id per Selasa (1/3), rata-rata harga daging sapi kualitas 2 dibanderol Rp119.950 per kg, yakni naik 0,13 persen atau sebesar Rp150 per Kg.

Adapun, harga tertinggi ada di DKI Jakarta dan Sumatera Barat sebesar Rp135 ribu per kg. Sementara, di Bontang, Kotabaru, Bukittinggi, dan Singkawang harga daging sapi ditetapkan Rp140 ribu.

Pun demikian, masih beberapa kota yang mematok harga di bawah pasaran, seperti Tembilahan Rp70 ribu per kg dan Batam Rp83 ribu.

Minyak goreng saat ini masih langka di berbagai daerah. Meskipun, pemerintah sudah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) pascalonjakan harganya beberapa waktu lalu.

Diketahui, HET untuk minyak goreng curah ditetapkan dengan harga Rp11,5 ribu per liter. Kemudian kemasan sederhana Rp13,5 ribu per liter dan kemasan premium Rp14 ribu.

Meski begitu, berdasarkan hargapangan.id (1/3), harga minyak goreng curah rata-rata kini senilai Rp16.950 per kg, sedangkan harga minyak goreng kemasan bermerek 1 masih Rp19.300 per kg. Hal ini menunjukkan harga di pasar masih jauh dari harga yang telah ditetapkan pemerintah.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan 33 juta liter minyak goreng telah dipasok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Sumatera Utara (Sumut).

Minyak itu digelontorkan pada 14 Februari-24 Februari 2022. Karena itulah, ia mengatakan tidak ada lagi alasan terjadi kelangkaan minyak goreng di Sumut.

"Ada 33 juta liter minyak goreng (migor) di Sumut selama 14 Februari-24 Februari. Pembagiannya sudah jelas. Dan ini menunjukkan bahwa tidak ada alasan migor jarang (langka) di Sumut," kata Muhammad Lutfi saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pusat Pasar Medan, Sabtu (26/2).

SHAH ALAM - Kenaikan harga barang dan perkhidmatan berkemungkinan akan berlaku pada tahun hadapan memandangkan beberapa perkara yang diumumkan dalam Belanjawan 2025 memberi kesan kepada pemain industri seperti peluasan skop Cukai Jualan dan Cukai Perkhidmatan (SST) dan kenaikan kadar gaji minimum kepada RM1,700 sebulan.

Pakar Ekonomi Universiti Sains dan Teknologi Malaysia (MUST), Profesor Emeritus Dr Barjoyai Bardai berkata, peniaga juga dijangka mengambil kesempatan untuk menaikkan harga barang susulan peningkatan gaji penjawat awam serta penyasaran subsidi petrol RON95.

“Lazimnya peniaga memang sentiasa mencari peluang untuk meningkatkan harga dan wujud peluang itu kerana mulai 1 Disember ini gaji penjawat awam meningkat sebelum kenaikan gaji minimum berkuat kuasa 1 Februari 2025.

“Peniaga melihat pengguna mempunyai kuasa beli yang lebih dan mereka menaikkan harga dengan alasan terpaksa membayar gaji lebih, kos overhead selain peningkatan kos belian barang premium yang diimport serta barang-barang tersenarai bawah peluasan SST,” katanya.

Dalam pembentangan Belanjawan pada Jumaat lalu, Perdana Menteri, Datuk Seri Anwar Ibrahim mengumumkan kerajaan akan melaksanakan peluasan skop SST secara progresif berkuat kuasa 1 Mei 2025.

Barjoyai turut tidak menolak kemungkinan kenaikan harga barangan dan perkhidmatan berkenaan berlaku dalam peratusan yang agak tinggi kerana peniaga akan mengambil kira kesan pengganda daripada kenaikan kos dan cukai yang mereka alami.

“Kesan berangkai berlaku di segenap peringkat perniagaan misalnya, di peringkat pengeluar kerana apabila gaji naik dan berlaku peluasan cukai, mereka akan mengalami kenaikan kos. Kenaikan kos itu akan diserap dalam harga barang.

“Apabila pemborong ambil barang itu dengan harga yang naik, barang itu akan pergi kepada peruncit dengan harga turut meningkat sebelum ia sampai kepada peniaga makanan.

“Peniaga makanan pula akan menaikkan harga pada kadar jauh lebih tinggi daripada kenaikan kos,” ujarnya.

Barjoyai menjelaskan, akhirnya akan dapat dilihat bahawa semua peringkat perniagaan menaikkan harga sekali gus menjadikan kenaikan harga berlaku secara meluas.

“Jadi peningkatan harga diramal agak besar walaupun kadar inflasi negara hari ini tidak sampai dua peratus.

“Bagaimanapun saya tidak dapat anggarkan peratus kenaikan harga ini secara spesifik. Namun ketika ini kos makanan semuanya sedang meningkat dan ia akan terus menaik,” katanya.

Justeru, beliau menyarankan kerajaan menerusi Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Kos Sara Hidup menggerakkan secara lebih agresif pasukan pemantau untuk pastikan peniaga tidak menaikkan harga sewenang-wenangnya melebihi apa yang sepatutnya.

© 2024 Harian Metro, New Straits Times Press (M) Bhd (Co. No. 196101000449 / 4485 H). A part of Media Prima Group.

Sedang terjadi di indonesia saat menjelang hari raya keagamaan di Indonesia harga bahan pangan dan papan akan meningkat bahkan dua kali lipat dari sebelumnya. Setiap hari spesial keagaaman di Indonesia akan datang maka saat itu juga harga sembako dan kebutuhan lainya di berbagai pasar Indonesia dari sabang sampai merauke akan meningkat drastis terutama bahan pangan. Hal itu terjadi bukan merupakan kemauan dari para pedagang untuk mencari keuntungan semata, hal itu terjadi sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran.

Semakin tinggi permintan atas suatu barang, maka akan tinggi pula harga (penawaran) barang tersebut. Permintaan dan penawaran saling berkaitan, jika permintaan barang sedikit maka penawaran atau harga barang akan semakin murah. Jika permintaan barang banyak maka akan semakain mahal harga barang tersebut.

Sebagai contoh event keagamaan di agama islam yaitu puasa ramadhan selama 30 hari, terhitung sejak hari pertama sebelum puasa atau semingu sebelumnya mulai dari beras, bumbu bumbu dapur seperti bawang merah dan bawang putih serta daging dagingan harganya perlahan akan naik dari biasanya.

Hal ini terjadi karena masyarakat indonesia di dominasi oleh umat muslim. Dimana setiap terjadi acara keagaaman umat muslim maka mereka akan menjadi bersifat "konsumtif" dengan membeli barang secara banyak untuk di stok atau disimpan yang akan mengakibatkan beberapa barang menjadi langka dan bahan pangan menjadi naik.

Selain karna terjadi nya inflasi harga barang barang dan sembako di pasar biasanya terjadi musiman, apapun yang terjadi kita sebagai konsumen dan warga negara yang baik harus bisa mencegah hal tersebut agar harga barang di pasar tetap stabil dengan cara berbelanja seperlunya dan tidak menimbun barang apapun, jika terjadi suatu keadaan darurat pada negara, maka tugas kita hanya mengikuti kebijakan dari negara saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Lihat Kebijakan Selengkapnya

Pernah nggak sih kamu merasa "Kok semakin lama, harga barang semakin naik ya ?". Dulu, harga siomay di pinggir jalan bisa hanya Rp 2.000/porsi atau bahkan lebih murah, tetapi di tahun 2022 ini bisa mencapai Rp 10.000 - Rp 15.000/porsi. Faktanya, harga barang dan jasa semakin lama memang akan terus meningkat. Sebenarnya apa sih yang terjadi? kenapa harga terus naik dan kenapa harga tidak terus sama nominalnya seperti dulu? Yuk simak pembahasannya!

Dalam ekonomi, fenomena ini dinamakan "Inflasi", yaitu fenomena kenaikan barang & jasa secara gradual atau bertahap secara terus menerus. Kalau hanya dilihat dari kacamata kenaikan harga, pertanyaan yang mungkin muncul dipikiran kita adalah, kok bisa ya harga barang barang bisa naik secara bersamaan? Jawabannya adalah, fenomena ekonomi ini terjadi secara natural karena ada perubahan di beberapa komponen dalam perputaran roda ekonomi.

Selain berkaitan dengan kenaikan harga, inflasi juga diartikan sebagai penurunan nilai uang yang kita punya. Misal, barang atau jasa yang bisa kita beli dengan uang Rp 50.000 di tahun 2005 itu tidak sama dengan apa yang bisa kita dapat di tahun 2022.

Inflasi biasanya juga diimbangi dengan upah atau gaji karyawan yang naik setiap tahunnya. Tidak sedikit orang yang salah mengartikan bahwa naiknya harga barang setiap tahun adalah cermin dari ekonomi yang buruk, padahal sebetulnya tidak seperti itu.

Dalam konteks inflasi, Indonesia tidak sendiri dalam menghadapi inflasi, tetapi negara-negara lain juga mengalami inflasi. Fenomena inflasi ini bisa dibilang wajar dan umum terjadi, bahkan di negara - negara yang dianggap maju dari segi ekonomi.

Inflasi biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase yang dirilis oleh BPS (Badan Pusat Statistik), BPS akan memonitor pergerakan harga barang dan jasa setiap bulannya, mulai dari harga - harga kebutuhan pokok yang dibutuhkan semua orang, perumahan, listrik, pendidikan, kesehatan, transportasi, bahan bakar, dan juga rekreasi.

BPS juga yang akan mengolah data sampai mendapat angka inflasi di Indonesia, kita bisa lihat angka tersebut di website BPS atau di website Bank Indonesia.

Inflasi atau kenaikan harga yang terjadi tidak selalu dipicu oleh kebijakan pemerintah atau lembaga - lembaga tertentu saja, tetapi bisa terjadi secara natural yang prosesnya dilakukan tanpa sadar oleh kita semua sebagai pelaku ekonomi. Berikut 4 hal penyebab terjadinya inflasi,

Harga BBM naik -> Ongkos Distribusi Naik -> Biaya Produksi Naik -> Harga Barang Naik

Ketika daya beli masyarakat naik, maka jumlah permintaan terhadap bergabai jenis barang akan naik juga,. Jika barang dagangan laku tetapi ketersediaan barangnya terbatas, pedagang cenderung menaikkan harga agar keuntungannya bertambah, ujung - ujungnya akan terjadi kenaikkan harga yang berdampak pada inflasi.

Negara umumnya berdagang satu sama lain, harga barang impor bisa naik karena banyak faktor. Misalnya, karena negara asal produksi sedang mengalami inflasi yang tinggi atau karena ada kebijakan baru di bea cukai hingga ada tambahan potongan pajak, biaya administrasi, dll. Jika importir mendapatkan barang dengan harga modal tinggi, mereka cenderung menaikkan harga untuk konsumen dalam negeri.  Inflasi tidak hanya disebabkan oleh faktor dalam negeri, tapi juga faktor luar negeri.

Penjelasan di atas merupakan 4 dari banyaknya penyebab terjadinya inflasi, mungkin bisa kita bahas di lain waktu, semoga bermanfaat :).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Lihat Financial Selengkapnya

Kerajaan Negeri Selangor melalui agensi kerajaan dan Pertubuhan Bukan Kerajaan (NGO) cuba untuk menangani isu kenaikan harga dengan kaedah seperti berikut:

i) KPDNHEP Selangor konsisten menjaga kepentingan pengguna dan hal ehwal perdagangan domestik di Selangor, sentiasa melaksanakan pendekatan berimbang untuk memastikan komuniti pengguna Selangor tidak ditindas peniaga dan dalam masa yang sama membentuk suasana ekonomi domestik yang kondusif menerusi urus niaga perniagaan yang berhemah dan bertanggungjawab. Agenda ini tidak mudah dalam situasi negara dan dunia terkesan dengan cabaran pandemik COVID-19 yang menjadi antara faktor utama mempengaruhi punca berlakunya peningkatan kos bahan makanan di seluruh dunia;

ii) Kerajaan secara berterusan akan mengadakan sesi libat urus bersama pihak industri dan Kementerian Pertanian dan Industri Makanan sebagai salah satu usaha menghasilkan suasana pasaran harga yang seimbang kepada pengguna dan tidak mengabaikan peniaga menerusi inisiatif / program jualan yang beri manfaat kepada pengguna Selangor;

iii) Penguatkuasaan kawalan harga secara bertempoh telah dilaksanakan untuk kebajikan pengguna Selangor agar tidak terlalu terbeban dengan situasi harga pasaran menerusi Skim Harga Maksimum Musim Perayaan (SHMMP), Skim Harga Maksimum Keluarga Malaysia (SHMKM) dan Penentuan Harga Maksimum Ayam Dan Telur Ayam yang dikuatkuasakan sehingga 5 Jun 2022.

iv) Penguatkuasaan kawalan harga sepanjang masa terhadap barangan kawalan seperti gula, LPG (gas memasak), pelitup muka, minyak masak paket, minyak masak botol (minyak masak tulen sahaja, bukan jenis sebatian/ campuran), kit ujian pantas covid19.

v) Kerajaan Negeri Selangor juga giat mengadakan program/kempen seperti Program Keluarga Cakna Pengguna yang memberi kesedaran dan pendidikan kepada masyarakat berkaitan pengurusan kewangan yang efektif dalam melakukan urusan urusniaga.

Tidak dapat disangkal, inisiatif prihatin rakyat yang dilaksanakan di Selangor ini menghasilkan impak positif dalam membantu meringankan kos sara hidup rakyat mendapatkan barangan asas pada harga hingga 30 peratus lebih rendah dari pasaran. Inisiatif ini akan terus dinilai keperluan pelaksanaannya dari semasa ke semasa demi melindungi komuniti pengguna dalam cabaran ini.

Walau bagaimanapun, situasi pergerakan harga yang agresif memang akan memberi cabaran kepada kos sara hidup pengguna Selangor. Oleh yang demikian, intervensi secara bertempoh dan jangka panjang dilaksanakan oleh KPDNHEP Selangor umumnya.

KUALA LUMPUR: Kerajaan mengakui akan berlaku kenaikan harga barang susulan kenaikan cukai dalam sektor tertentu khususnya melibatkan bahan api dan logistik tetapi akan melaksanakan semua langkah bagi mengawal kenaikan keterlaluan dan unsur pencatutan.

Timbalan Menteri Kewangan, Lim Hui Ying berkata, kerajaan justeru komited dalam mempertimbang pelbagai inisiatif kepada golongan B40 termasuklah penyasaran subsidi bersasar.

Bagaimanapun, beliau yakin peningkatan itu akan berlaku pada kadar yang terkawal.

“Kita akui sebarang kenaikan cukai dan harga dalam sektor penting boleh memberi kesan kepada harga barangan.

“Namun, kerajaan telah mengambil pendekatan berhati-hati dan mempertimbang pelbagai mekanisme untuk meminimumkan impak kos sara hidup rakyat  termasuk pemberian subsidi bersasar yang dinikmati golongan b40 dan beberapa segmen masyarakat yang memerlukan selain bantuan dalam belanjawan yang telah diumumkan.

“Kerajaan menjangka kenaikan harga barang ini kekal pada kadar terkawal, namun kita tidak menafikan peningkatan kecil ini disebabkan faktor luaran seperti harga komoditi dan isu rantaian bekalan.

“Dalam hal ini, kenaikan gaji minimum adalah untuk meningkatkan pendapatan boleh guna rakyat yang berpendapatan rendah, sekali gus membantu mereka menangani kos sara hidup dengan lebih baik,” katanya menjawab soalan tambahan Mohd Nazri Abu Hassan (PN-Merbok) di Dewan Rakyat, hari ini.

Mohd Nazri meminta kementerian menjelaskan mengenai reformasi fiskal yang harus menjadi tumpuan kerajaan susulan langkah memperkenalkan cukai baharu memberi kesan dan bebanan kepada kos hidup rakyat.

Hui Ying dalam masa yang sama menjelaskan, kerajaan dengan kerjasama pelbagai industri terus komited meningkatkan keperluan barangan asas seperti beras dan minyak paket agar bekalan kekal stabil. – UTUSAN

Beberapa pekan terakhir, sejumlah harga bahan pokok meningkat di Indonesia. Kenaikan ini dipicu oleh beberapa faktor seperti antisipasi tingginya permintaan dan konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan harga komoditas global meningkat.

Kenaikan harga terjadi mulai dari gas minyak cair (LPG) non subsidi ke Rp15.500 per Kg hingga daging sapi yang diperkirakan menembus Rp150 ribu pada Lebaran 2022.

Berikut daftar harga bahan baku yang mengalami kenaikan per Selasa (1/3):

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PT Pertamina (Persero) menaikkan harga produk gas minyak cair (LPG) nonsubsidi atau non public service obligation (NPSO) dari Rp13.500 menjadi Rp15.500 per Kg. Kenaikan harga ini mulai berlaku pada Minggu (27/2).

"Betul ada penyesuaian harga untuk yang NPSO," ungkap Penjabat sementara (Pjs) Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Sub Holding Commercial & Trading Pertamina Irto Ginting kepada CNNIndonesia.com.

Ia menjelaskan, kenaikan harga LPG mengikuti perkembangan harga minyak dan gas (migas) dunia. "Tercatat, harga contract price aramco (CPA) mencapai US$775 per metrik ton, naik sekitar 21 persen dari harga rata-rata CPA sepanjang 2021," ujar Irto.

Di sisi lain, harga LPG subsidi 3 kg, yang porsi konsumsinya mencapai 93 persen, tak berubah. Harga LPG subsidi 3 kg tetap mengacu pada harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan masing-masing pemerintah daerah (pemda) meski tren harga kontrak Aramco (CPA) telah menyentuh US$775 per metrik ton pada Februari 2022.

Tren CPA itu telah mengalami kenaikan sebesar 21 persen dari rata-rata CPA sepanjang tahun lalu. Kenaikan merupakan dampak dari kondisi geopolitik yang memanas antara Rusia dengan Ukraina.

"Meski tren CPA terus meningkat, elpiji subsidi tiga kilogram tidak mengalami perubahan harga," kata Irto seperti dikutip dari Antara, Selasa (1/3).

Pemerintah turun andil memberikan subsidi sekitar Rp11 ribu per kilogram, sehingga masyarakat dapat membeli elpiji subsidi tiga kilogram dengan harga yang terjangkau.

PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM non-subsidi pada 12 Februari 2022 karena menyesuaikan harga terkini industri migas. Kenaikan disesuaikan dengan patokan minyak ICP per Januari 2022, yakni US$85 per barel.

Jenis BBM non-subsidi yang naik harga adalah pertamax turbo, pertamina dex, dan dexlite. Kenaikan tersebut bervariasi untuk setiap daerah di Indonesia, mulai dari Rp1.500 per liter untuk pertamax turbo hingga Rp2.650 per liter untuk dexlite.

Namun, ada kemungkinan harga BBM akan semakin meningkat menyusul konflik Rusia-Ukraina yang membuat harga minyak mentah global melonjak.

Irto Ginting menyebut lonjakan harga minyak internasional bakal berdampak ke harga BBM dan LPG dalam negeri.

Namun, ia belum dapat memastikan apakah harga BBM dan LPG dari Pertamina akan naik atau tidak. Saat ini, manajemen masih memantau perkembangan harga minyak dan gas (migas) dunia.

"Harga minyak tentu akan berdampak pada harga BBM dan LPG. Kami tetap akan terus mantau perkembangan pasar migas dunia dan melakukan kajian," ucap Irto kepada CNNIndonesia.com, Jumat (25/2).

Ia mengatakan pihaknya akan melakukan evaluasi secara berkala terkait harga migas dunia. Selain itu, Pertamina juga akan berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan mengenai harga jual eceran BBM agar kondisi pasar dalam negeri tetap seimbang.

Sementara, Pertamina akan melihat kemampuan keuangan perusahaan di tengah potensi kenaikan harga migas internasional demi memastikan pasokan BBM tetap terjaga untuk masyarakat.

Ketika ditanya akan jenis BBM mana yang berpotensi naik harga, Irto menjelaskan penetapan harga jual eceran BBM non-subsidi akan mengikuti aturan Keputusan Menteri ESDM No 62 Tahun 2020 yang mengatur formula harga dasar BBM umum jenis bensin dan solar.

"Agar tetap terjaga kondisi pasar yang seimbang dalam menyikapi kondisi pasar serta kemampuan keuangan perusahaan dalam rangka memastikan jaminan suplai BBM kepada masyarakat," ucap Irto.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan harga kedelai di pasar global tembus US$15,77 per bushels atau Rp220.780 per bushels pada pekan kedua Februari 2022. Angka itu melonjak 18,9 persen dibandingkan dengan pekan pertama Januari 2022.

Ia menjelaskan, harga kedelai melonjak di pasar global karena gangguan cuaca kering yang melanda Amerika Serikat (AS) selama dua bulan terakhir. Dengan demikian, produksi kedelai di Brazil, Argentina, dan Paraguay ikut terganggu.

Menurut laporan Departemen Agrikultur AS (USDA) Februari 2022, produksi kedelai di Brazil, Argentina, dan Paraguay turun lebih dari 18 juta ton sejak Desember 2021.

"Penurunan produksi tersebut berdampak pada harga kedelai di pasar global yang mengalami kenaikan secara signifikan," jelas Musdhalifah.

Ekonom Indef Rusli Abdullah mengatakan dari kebutuhan kedelai tahun lalu sebanyak 2,5 juta ton, di antaranya 2,2 juta ton berasal dari impor. Maklum, iklim di Indonesia memang tak mendukung produksi kedelai.

Menurut Rusli, pemerintah tak berdaya menangani persoalan kedelai. "Pemerintah enggak bisa ngapa-ngapain. Terkunci, dilihat dari fakta kita impor itu sampai 91 persen," imbuh dia.

Sebagai informasi, para perajin tahu dan tempe di sejumlah daerah di Tanah Air melakukan mogok produksi dan berdagang pada 21-23 Februari 2022. Rencana tersebut disebabkan oleh harga kedelai yang naik.

Salah satunya para perajin tahu tempe ibu kota yang tergabung dalam Puskopti DKI Jakarta. Ketua Puskopti DKI Jakarta Sutaryo menjelaskan aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes mahalnya harga kedelai. Ia menyebut harga kedelai mencapai Rp11.300 per kg.

Aksi rencananya akan diikuti oleh 4.500 produsen tahu dan tempe. Terdapat dua tuntutan yang akan disampaikan. "Tuntutannya pertama stabilitas harga, kedua turunkan harga. Karena dengan harga tinggi, pembeli tempe dan tahu lemah (daya beli)," kata dia, Rabu (16/2) lalu.

Penyebab Terjadinya Inflasi :